Tips Menahan Emosi pada si Kecil

Ilustrasi orang tua marah pada anak / Foto: Pexels.com / Karolina Grabowska

Pernah tidak sih Mom kesal pada sang buah hati sampai ke ubun-ubun? Rasanya ingin murka- mencubit, memukul, melaungkan suara, menoyor, menendang, mendorong, bahkan menamparnya.

Jangan sampai kita kelepasan seperti itu, ya Mom. Lalu ketika kita kelewat emosi, kita harus bagaimana, dong? Ya, aku pun pernah ada diposisi itu, lho. Sebelum mengetahui metode menyalurkan emosi dengan baik, karena setiap orang berbeda-beda cara penyaluran emosinya. Ada yang puas ketika menangis, ada yang puas ketika menyendiri, dan sebagainya.

Nah setelah aku mengetahui caraku, aku pakailah dan alhamdulillah jadi minim menjadi Momster. Hehehe.

Marah itu boleh, asalkan jangan menyakiti diri sendiri, orang lain, maupun barang. Sampaikanlah perasaan kita dan salurkanlah dengan baik.

Seperti saluran air yang mampat, lalu mengendap disatu sisi, akhirnya membludak menjadi banjir, kan? Sama seperti emosi, ketika kita tidak bisa menyalurkannya dengan baik, maka suatu waktu akan menjadi BOM WAKTU.

Tips Menahan Emosi Ketika Seorang Diri

Di sini aku akan berbagi tips menahan emosi ketika tidak ada orang dewasa selain Mom. Sering dong kita, ibu rumah tangga, hanya bersama anak-anak saja, tanpa ada orang dewasa lainnya. Pastinya kita sulit untuk menahan emosi ketika sendirian. Nah, coba deh lakukan tips di bawah ini, siapa tahu bermanfaat:

  • Siapkan MentalMisalnya, anak sedang minum dari gelas berbahan beling, hal tersebut adalah hal yang kita takutkan, meski kita coba memberikan kepercayaan. Tetapi, kita sudah menyiapkan diri “jika sampai jatuh, jangan marah, tanyakan keadaannya, dan perasaannya, lalu rapikan pecahan belingnya.” (Bicara dalam hati seperti itu, ya) Jadi, ketika hal yang tidak kita inginkan terjadi, kita tidak meledak. Karena kita sudah menyiapkan diri dan tindakan yang sebaiknya dilakukan nanti. Atau misalnya anak kita mencorat-coret dinding dengan lipstik kita, janganlah langsung marah, ya Mom. Berpikir dahulu, bahwa ia ingin eksplore, “biarkan lipstikku rusak, lipstik dapat aku beli, tetapi mematahkan imajinasinya dengan kekerasan tidak baik dan menjadi penyesalan belaka.” (Katakan dalam hati, ya) seolah kita sedang berbicara dengan diri sendiri, baiknya tindakan seperti apa yang nanti kita ambil.
  • Menarik Napas, ketika kita melihat hal yang menggeramkan, cobalah menggigit lidah, agar tidak mengumpat, lalu tarik napas, dan mengingat kebaikan yang telah dilakukan oleh buah hati.
Ilustrasi metode kalender / Foto: Pexels.com / Aleksandar Cvetanovic

Baca Juga: Bullying


  • Kalender,metode ini yang kupakai saat awal-awal belajar menahan diri. Jadi jika seharian aku mampu menahan emosiku, aku silang tanggal tersebut. Misalnya, di bawah tanggalan kita tulis prilaku apa yang sering kita lakukan saat marah. Lalu kita memberi nomor urut pada prilaku tersebut, ya. Jika dirasa masih ada beberapa prilaku yang kita lakukan, tulis ditanggal tersebut prilaku nomor berapa yang masih kita belum mampu perbaiki, sebaiknya segeralah ubah prilaku buruk tersebut. Jika kita coba dalam hitungan bulan berhasil menahan emosi, berilah diri kita penghargaan, entah membeli ice cream atau membeli pakaian kesukaan sesuai kantong dan rida suami.
  • Menyendiri, jika dirasa sudah sangat tidak kuat untuk menahan emosi, sebaiknya meminta izin kepada anak-anak untuk pergi ke kamar guna menenangkan diri. Di dalam kamar, tidak hanya sekedar melamun atau berdiam diri. Tetapi, manfaatkan waktu menyendiri ini sebaik mungkin, seperti merefleksi diri – apa yang salah dari perbuatan kita, kenapa buah hati melakukan hal tersebut, baik buruk dari perbuatan buah hati. Jika ingin menangis, maka menangislah agar hati kita menjadi lega.
  • Hobi, jika dirasa menulis adalah healing kita untuk menyalurkan emosi, maka lakukanlah. Bisa juga melakukan hobi yang lain, seperti membaca, mendengarkan musik, bernyanyi, dan sebagainya.
Ilustrasi mendengarkan musik / Foto: Pexels.com / Tirachard Kumtanom


  • Mendengarkan Musik, apabila dirasa mendengarkan musik memungkinkan, tidak ada salahnya. Meski hanya sebentar saja untuk penyaluran emosi, maka dengarkanlah. Karena, ketika kita mendengarkan musik kesukaan kita, tubuh kita akan memberikan reaksi menjadi tenang. Jantung berirama dengan tenang, begitupun aliran darah. Maka dari itu, emosi menjadi mereda.
  • Meminta Maaf, jika dirasa emosi telah kembali normal, maka temukanlah buah hati, meminta maaflah kepadanya, berkomunikasilah dengan baik, dan berikan pelukan hangat padanya. Sampaikan alasan kita menyendiri tadi, ucapkan terima kasih karena telah memberi ruang untuk kita merefleksi diri. Sampaikan kekecewaan kita atas tindakannya dengan baik, lalu berikan arahan yang baik pada buah hati.

Itulah tips menahan emosi ketika seorang diri. Namun, ketika ada suami di rumah,tidak ada salahnya kita meminta tolong padanya untuk menjaga buah hati, tidak ada salahnya, lho Mom mengatakan kekesalan kita pada suami, agar kita bisa merefleksi diri lebih lama, dan suami mampu memberikan nasihat pada buah hati.

Bantuan dari pasangan sangatlah berharga, agar kita tidak merasa sendirian dalam merawat buah hati. Bersamalah dalam merawatnya, karena merekalah tujuan kita bersama.

Benar, kan? Anak adalah tujuan kita bersama untuk saling kuat mendidik dengan cara yang tepat. Agar anak tidak menjadi korban atas emosi kita, maka saling dukunglah dalam merawatnya.


Komentar