Assalamualaikum mama muda sayang yang cantik, sehat, bahagia, dan hebat. Bagaimana kabar kalian? Insyaallah selalu dalam keadaan sehat dan dalam lindungan Allah, ya.
Siapa nih yang sering rumahnya dijadikan tempat bermain dengan teman-teman anaknya? Atau anaknya yang sering bermain di rumah tema-temannya? Hayo, apakah sudah kita koreksi prilaku buah hati kita? Bagaimana buah hati bersikap ketika bertamu? Sudah sesuai batasnya belum?
Jangan dianggap sepele ya soal anak bertamu, lalu langsung memasuki wilayah pribadi seperti kamar, lalu membuka-buka lemari, langsung mengambil makanan atau benda yang ada di rumah tersebut, dan jam bermain yang tidak pada waktunya. Jangan beranggap, “ah masih anak kecil, nanti juga berubah.” Berubah dengan sendirinnya? Apakah sudah ada inputnya?
Jangan dipikir, “ah rumah Omanya ini, tidak apalah anakku lompat-lompat di kasur.” atau “ah ibunya ada yang bantuin, nggak apalah rumahnya jadi berantakkan, nanti juga Mbaknya yang beresin.” Bukan, bukan soal “MENGGAMPANGKAN” ya. Tetapi, di sini kita mementingkan anak dalam bersikap sopan.
Baca Juga: Tumbuhkan Identitas Anak
Batasi Anak saat Bermain
- Waktu bermain, pertama-tama kita penting sekali memberi tahu pada anak, kapan waktu yang disarankan untuk bermain. Jangan semaunya ketika berkunjung ke rumah teman. Waktu yang disarankan adalah, pagi pukul, 09.00-11.00 dan sore, 16.00-17.00 jadi apabila kurang atau lewat dari pukul tersebut, sebaiknya kita segera memanggil buah hati, ya. Jangan sampai melebihi atau kurang dari waktu yang di sarankan. Karena, yang memiliki rumah pun pasti ingin beristirahat. Kita juga harus memahami keadaan yang memiliki rumah.
- Meminta izin, penting sekali kita mengajarkan buah hati untuk meminta izin terlebih dahulu ketika ingin memakan atau meminum sesuatu saat bertamu.
- Wilayah bermain, menurut mom, tempat yang baik untuk bermain di mana? Yup, tempat yang disarankan adalah, ruang tamu dan teras. Jadi kita penting sekali memberi tahu pada buah hati ketika bermain, lokasi yang boleh disinggahi adalah ruang tamu dan teras. Sebaiknya tidak langsung memasuki kamar dan melompat-lompat di kasur atau membuka-buka lemari pakaian. Disamping itu beri tahu buah hati agar tidak membuka-buka lemari-lemari dan kulkas tuan rumah, ya mom. Jangan berpikir bahwa anak kecil memang seperti itu, dan nanti akan berubah dengan sendirinya, tidak say. Semua harus dimulai dari rumah, berikan input yang baik untuk buah hati, ketika mengobrol santai, ya. Jadi, insyaallah pesan kita akan melekat pada ingatannya.
- Tidak merepotkan, hal ini juga penting untuk diberi tahu pada buah hati, ketika bertamu sebaiknya tidak merepotkan tuan rumahnya. Misalnya, tuan rumah sedang memasak, janganlah anak kita ikut memasuki wilayah tersebut, atau saat tuan rumah sedang bekerja, sebaiknya anak kita tetap bermain dengan temannya.
Batasan tersebut kita terapkan agar buah hati mengetahui sikap yang baik saat bertamu. Disamping itu agar buah hati tidak mengganggu ketenangan orang lain.
Tidak ada salahnya juga lho kita menerapkan peraturan pada tamu, bukan berarti tuan rumah tersebut sombong, tetapi apabila kita bertamu, kita harus mengikuti aturan tuan rumah. Disamping itu, ketika kita memberi tahu teman-teman anak kita, sama saja kita mengarahkan hal yang baik pada mereka.
Baca Juga: Surga DariNya
Kapan Waktu yang Tepat untuk Memberikan Input Batasan
Sebenarnya tidak ada waktu yang kapan pastinya memberikan input tersebut. Ketika anak masih kecil pun bisa kita berikan masukan-masukan batasan tersebut. Dari mulai memberikan gambaran, seperti di atas, misalnya kita hendak pergi kemana, lalu si anak harus bersikap bagaimana sesuai kebaikan yang kita inginkan.
Bisa juga dengan mengulas sikap buah hati di hari itu. Misalnya, seperti di atas, ketika melihat ada yang kurang sesuai dengan sikap buah hati, kita memberikan nasihat, lalu berikan arahan sebaiknya bagaimana, setelah itu berikan pujian padanya. Agar anak merasa tetap dihargai dan dicintai meskipun ada sesuatu yang kurang sesuai dari sikapnya.
Perlahan jika kita biasakan seperti itu, anak akan paham dan terbiasa dengan arahan-arahan yang kita berikan. Bisa juga tidak selalu menasihati keburukannya, tetapi memberikan pujian untuk sikap baiknya. Misalnya, ketika kita melihat anak kita biasanya tidak mau salam dengan orang lain entah saudaranya atau teman kita. Ketika menjelang tidur, kita ngobrol dengan buah hati, “Kak, tadi Manda lihat Kakak mau salam dengan Oma Opa, masyaallah Manda senang, lho Kakak mau salam, mau bersikap sopan. Terima kasih, ya Nak, sudah mau berani salam dengan Oma Opa.”
Itulah yang biasa aku terapkan pada Omar Tsabit. Memberikan batasan pada mereka, kapan boleh bebas, kapan menjaga sikap.
Semoga kita senantiasa dimampukan Allah untuk memberikan arahan yang baik untuk buah hati. Ananda juga menjadi anak salih/saliha, sopan, dan menyejukkan hati kedua orang tua serta mata-mata yang melihatnya. Aamiin.
Semoga tulisan ini bermanfaat, ya. Terima kasih telah membaca. Peluk virtual untuk kita orang tua hebat.
Komentar
Posting Komentar