Sabar, sabar, sabar!
Coba kita tengok ke dalam diri kita dahulu, apakah pernah kita membantu menamai perasaannya? Menebak perasaannya? Apakah pernah kita membantu menyalurkan emosinya? Apakah pernah kita berlaku seperti buah hati? Menyelesaikan masalah dengan kekerasan pula.
Coba deh mulai sekarang, baca gerak tubuh anak kita, misal: anak wajahnya sedih, kesal, sebal, senang. Kita tebak seperti ini, "kamu sedang sedih ya? Lagi marah ya? Kesal banget ya? Atau masyaallah anak bunda sepertinya lagi senang nih."
Apa sih gunanya kita menebak dan menamai perasannya? Agar ia tahu nama emosi yang sedang ia rasakan.
Salurkan emosinya, ketika anak sedang kesal misalnya, kita bantu salurkan perasaannya. "Kamu boleh marah, tapi tidak lempar barang, kita tuang di kertas ini boleh? Kita mewarnai saja yuk." Atau saat anak marah, ya kita langsung bawa buku, pura-pura mewarnai gambar kesukaannya, nanti anak akan teralihkan dari emosinya.
Kita orang tua pasti pernah kesal, tapi berusahalah hindari kekerasan, entah laungan, cubitan, pukulan, dan sebagainya. Cobalah menyendiri terlebih dahulu, izin untuk pergi ke kamar karena kita butuh menenangkan diri. Misalnya "kak, bunda izin ke kamar dulu ya, bunda lagi kesal, mau sendiri dulu."
Oke, nanti anak akan paham, dan ketika kita sudah sendiri, berpikirlah sebab akibat dari emosi kita. Ketika sudah tenang barulah keluar kamar, ajaklah anak membahas masalah ini. Misalnya kita jengkel karena anak belum bisa mengaji atau belajar lainnya, coba ajak ngobrol di mana letak kesulitannya? Apa yang bisa kita bantu.
Cobalah ketika anak sedang sulit mengeluarkan perasaannya, merengek. Sampaikan padanya, "adik mau apa? Bilang yang jelas tanpa merengek." Ajak anak bicara, "bunda, aku mau minum." Beri contoh agar anak mengikuti.
Awalnya memang terasa sulit untuk mencoba hal di atas, tapi ketika kita terbiasa, rasanya mudah kok. Dan insyaallah anak akan mampu menangani emosinya, menyampaikan perasaannya, dan mampu berkomunikasi dengan baik.
Semoga tulisan ini bermanfaat ya.
Salurkan emosinya, ketika anak sedang kesal misalnya, kita bantu salurkan perasaannya. "Kamu boleh marah, tapi tidak lempar barang, kita tuang di kertas ini boleh? Kita mewarnai saja yuk." Atau saat anak marah, ya kita langsung bawa buku, pura-pura mewarnai gambar kesukaannya, nanti anak akan teralihkan dari emosinya.
Kita orang tua pasti pernah kesal, tapi berusahalah hindari kekerasan, entah laungan, cubitan, pukulan, dan sebagainya. Cobalah menyendiri terlebih dahulu, izin untuk pergi ke kamar karena kita butuh menenangkan diri. Misalnya "kak, bunda izin ke kamar dulu ya, bunda lagi kesal, mau sendiri dulu."
Oke, nanti anak akan paham, dan ketika kita sudah sendiri, berpikirlah sebab akibat dari emosi kita. Ketika sudah tenang barulah keluar kamar, ajaklah anak membahas masalah ini. Misalnya kita jengkel karena anak belum bisa mengaji atau belajar lainnya, coba ajak ngobrol di mana letak kesulitannya? Apa yang bisa kita bantu.
Cobalah ketika anak sedang sulit mengeluarkan perasaannya, merengek. Sampaikan padanya, "adik mau apa? Bilang yang jelas tanpa merengek." Ajak anak bicara, "bunda, aku mau minum." Beri contoh agar anak mengikuti.
Awalnya memang terasa sulit untuk mencoba hal di atas, tapi ketika kita terbiasa, rasanya mudah kok. Dan insyaallah anak akan mampu menangani emosinya, menyampaikan perasaannya, dan mampu berkomunikasi dengan baik.
Semoga tulisan ini bermanfaat ya.
Komentar
Posting Komentar